welcome to my blog, don't forget to leave your messages or comments, and be my followers,please:)
Monday 17 February 2014 0 comments

MAKALAH HEMOSTASIS (pengertian,komponen,faktor,penyakit dan pemeriksaan lab)

A.    Pengertian Hemostasis.

Hemostasis atau haemostasis berasal dari bahasa Yunani:aimóstasis yang terdiri dari dua kata yaitu aíma yang berarti “darah" dan stásis yang berarti "stagnasi".
Hemostasis adalah suatu fungsi yang bertujuan untuk mempertahankan keenceran darah sehingga darah tetap dalam pembulu darah dan menutup kerusakan dinding pembulu darah.

Pada saat terjadi kerusakan pembulu darah
Faal Hemostasis melibatkan :
1.     Sistem vaskuler
2.     Sistem trombosit
3.     Sistem koagulasi
4.     Sistem fibrinolisis

B.    Langkah-langkah dalam hemostasis.

Faal hemostasis untuk dapat berjalan normal memerlukan 3 langkah, yaitu :
1.     Primer
Mekanisme vasokonstriksi pembuluh darah pada luka yang kecil.
2.     Sekunder
Mekanisme yang melibatkan faktor-faktor koagulasi dalam plasma dan trombosit dengan tujuan akhir pembentukan jala-jala fibrin, terjadi pada luka yang besar.
.     Tersier
Mekanisme kontrol yang menjaga agar hemostasis tidak berlebihan melaku sistem fibrinolitik.

C.     Faal hemostasis tediri dari 3 komponen :
a. Fase vascular
Terjadi karena akibat dari adanya trauma pada pembuluh darah maka respon yang pertama kali adalah respon dari vaskuler/kapiler yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler disertai dengan extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat dari extra vasasi ini akan memberikan tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan darah disekitar kapiler).

b. Fase Platelet/trombosit
Pada saat terjadinya pengecilan lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra vasasi ada darah yang melalui permukaan asar (jaringan kolagen) dengan akibatnya trombosit. Akibat dari bertemunya trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit tersebut akan mengalami adhesi serta agregasi.
Setelah terjadinya adhesi maka dengan pengaruh ATP akan terjadilah agregasi yaitu saling melekat dan desintegrasi sehingga terbentuklah suatu massa yang melekat.
Peristiwa trombosit yang mulai pecah/lepas- lepas hingga menjadi suatu massa yang melekat disebut Viscous metamorphosis. Akibat dari terjadinya semua proses ini maka terjadilah gumpalan plug (sumbatan) baru kemudian terjadi fase yang ketiga.

c. Fase koagulasi
Fase ini terdiri dari tiga tahapan yaitu :
a.Pembnetukan prothrombinase/prothrombin activator
.
b.Perubahan prothrombine menjadi trombone
.
c.Perubahan fibrinogen menjadi fibrin
. 
  

D.   Faktor-faktor Pembekuan Darah (Koagulasi)
Faktor I = fibrinogen
Faktor II = Prhotrombine 
Faktor III = Fakotr jaringan
Faktor IV = Ion kalsium
Faktor V = Proaccelerin
Faktor VI = Accelerine 
Faktor VII=Prokonvertin
Faktor VIII = A.H.G (Anti Haemphilly Globulin) 
Faktor IX = Christmas factor 
Faktor X = Stuart factor
Faktor XI = Plasma thromboplastin antecedent 
Faktor XII = Hagemen factor
Faktor XIII = Fibrine stabilizing factor (fibrinase).

E.   Proses pembekuan darah terjadi karena adanya Jalur intrinsik dan Jalur ekstrinsik.


Keterangan :
a.     PENJELASAN JALUR INTRINSIK
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah berasal dari darah. Jalur ini memerlukan faktor IX,  faktor X, faktor XI, dan faktor XII, selain itu juga memerlukan prekalikrein dan HMWK, begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari trombosit. Darah yang mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah yang kasar secara bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX. Selanjutnya faktor IX akan mengaktifkan faktor X yang aktif  bereaksi dengan faktor V,  Ca2dan fosfolipid dari trombosit untuk mengatur aktifator protrombin.  Jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah stimulus primer untuk fase kontak. Kumpulan komponen-komponen fase kontak merubah prekallikrein menjadi kallikrein, yang selanjutnya mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa kemudian dapat menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade yang saling mengaktifasi. Faktor XIIa juga mengaktifasi faktor XI menjadi faktor XIa dan menyebabkan pelepasan bradikinin, suatu vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+, faktor XIa mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi faktor X menjadi faktor Xa.


b.    PENJELASAN JALUR EKSTRINSIK

Jalur ekstrinsik dengan menggunakan zat-zat yang bukan nerasal dari darah. Jaringan dan pembuluh yang  rusak akan menghasilkan tromboplastin (faktor III suatu kompleks protein-fosfolipid) yang secara langsung  dapat mengubah faktor X menjadi faktor VII dan faktor V. Jalur ekstrinsik lebih cepat dari jalur intrinsik . Jalur ekstrinsik  dimulai pada tempat yang trauma dalam respons terhadap pelepasan tissue factor (faktor III). Kaskade koagulasi diaktifasi apabilatissue factor dieksresikan pada sel-sel yang rusak atau distimulasi ( sel-sel vaskuler atau monosit), sehingga kontak dengan faktor VIIa sirkulasi dan membentuk kompleks dengan adanya ion kalsium. Tissue factor adalah suatu kofaktor dalam aktifasi faktor X yang dikatalisa faktor VIIa. Faktor VIIa, suatu residu gla yang mengandung serine protease, memecah faktor X menjadi faktor Xa, identik dengan faktor IXa dari jalurinstrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi melalui kerja trombin atau faktor Xa.
Tissue factor banyak terdapat dalam jaringan termasuk adventitia pembuluh darah, epidermis, mukosa usus dan respiratory, korteks serebral, miokardium dan glomerulus ginjal. Aktifasi tissue factor juga dijumpai pada subendotelium. Sel-sel endotelium dan monosit juga dapat menghasilkan dan mengekspresikan aktifitastissue factor atas stimulasi dengan interleukin-1 atau endotoksin, dimana menunjukan bahwa cytokine dapat mengatur ekspresi tissue factor dan deposisi fibrin pada tempat inflamasi.
Kemampuan faktor Xa untuk mengaktifasi faktor VII menciptakan suatu hubungan antara jalur instrinsik dan ekstrinsik. Selain itu hubungan dua jalur itu ada melalui kemampuan dari tissue factor dan faktor VIIa untuk mengaktifasi faktor IX menjadi IXa. Hal ini terbukti bahwa ada pasien-pasien dengan defisiensi faktor VII tetapi tidak defisiensi faktor XI, terjadi penurunan kadar dari aktifasi faktor IX, sedangkan pasien-pasien dengan defisiensi faktor VIII atau faktor IX, mempunyai kadar yang normal dari aktifasi faktor X dan prothrombin. Dan pada infusion recombinant factor VIIa dengan dosis yang relatif kecil (10-20 mg/kg BB) pada pasien-pasien dengan defisiensi faktor VII menghasilkan suatu peningkatan yang besar pada konsentrasi aktifasi faktor X. Faktor IXa yang baru dibentuk itu membentuk kompleks dengan faktor VIIIa dengan adanya kalsium dan fosfolipid membrane, dan selanjutnya juga mengaktifasi faktor X menjadi Xa. Kompleks ini disebut “tenase“. Dan ternyata bukti-bukti menunjukan bahwa jalur ekstrinsik berperan utama dalam memulai pembekuan darah in vitro dan pembentukan fibrin.
Activated factor Xa adalah tempat dimana kaskade koagulasi jalur intrinsik dan ekstrinsik bertemu. Faktor Xa berikatan dengan faktor Va (diaktifasi oleh trombin),yang mana dengan kalsium dan fosfolipid disebut kompleks “prothrombinase“, yang secara cepat merubah protrombin menjadi trombin.

F.    Kelainan-kelainan faktor pembekuan darah
Kelainan biasanya disebabkan oleh produksi yang tidak normal atau terganggunya salah satu faktor pembekuan seperti Hemofilia
Hemofilia adalah suatu penyakit pendarahan yang turun-temurun dapat diwariskan oleh siibu kepada anak laki-lakinya sedangkan siibu tidak menderita penyakit tersebut.
Hemofilia dikenal ada 2 :
1. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi faktor VIII
2. Hemofilia B disebabkan oleh  defisiensi faktor IX.
Perdarahan pada penderita hemofilia mudah terjadi disertai dengan penyebabnya dan terjadi terus-menrus dan sukar berhenti.perdarahan dapat terjadi dibawah kulit,didalam otot,rongga badan, air seni yang merah saat berkemih,kecelakaan. Penyakit ini tidak diketahui penyebabnya tetapi bisa diketahui pemeriksaan lab
Pemeriksaan lab diantaranya:

1. Anti Hemofilia berkurang
2. Waktu bekuan bertambah
3. Waktu perdarahan normal
4. Retraksi bekuan normal
5. Konsentrasi protombin normal
6. Torniquite test negatif.
Saturday 21 December 2013 0 comments

19 aquarium paling unik (part 2)

 1.Aquarium iPond Portable












2.Aquarium sepatu











3.Aquarium berbentuk lampu










4.Aquarium TV
















5. World Trip

 6.Poor Little Fish










 
7. Pipeline Fish Tank
 8.Aquarium












9.













10.














11.
















12.












13.














14.












15.













16.













17.


0 comments

20 aquarium paling unik (part 1)


 1
 













2














 3













4













5








6

















 7
8










 9
 
10

















11












12















13

















14
15

















16













17











 18









19
20

Friday 13 December 2013 0 comments

Laporan praktikum pemeriksaan kadar Copper (Cu) didalam sampel uji

JUDUL
Pemeriksaan kadar Copper (Cu) didalam sampel uji
TUJUAN
Untuk mengetahui kadar copper didalam sampel uji
PRINSIP
Copper dalam sampel bereaksi dengan garam biconicic acid yang terkandung dalam reagen copper membentuk senyawa kompleks yang bewarna ungu,yang sebanding dengan kosentrasi copper dalam sampel yang kemudian dibaca pada Spectrofotometer dengan panjang gelombang 560nm
METODE
Spectrofotometer
BAKU MUTU
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492 Tahun 2010
Tentang Syarat-syarat Kuwalitas air minum
Nilai copper yang disyaratkan 2,00 mg/L
ALAT
1.       Spectrofotometer Hach Seri DR 5000
2.       Erlemeyer 25ml kode pita kuning
3.       Sampel cell 10ml
4.       Pipet ukur 10ml
5.       Push ball
6.       Gunting
7.       Tisu
8.       Etiket
9.       Beaker Glass 500ml
10.   Nampan
BAHAN
1.       Aquadest sebagai blanko
2.       Sampel Cu 0,1 mg/L
REAGEN
1.       Copper reagen kit merek hach
2.       Standar Cu 0,1mg/L
PROSEDUR
1.       Siapkan  alat,bahan dan reagen yang akan digunakan
2.       Pipet aquadest sebanyak 10ml masukkan kedalam erlemeyer 25ml sebagai blanko
3.       Pipet larutan standart Cu sebanyak 10ml masukkan kedalam erlemeyer 25ml sebagai standart
4.       Homogenkan sampel dalam botol polietilen,lalu pipet sampel tersebut sebanyak 10ml,masukkan kedalam erlemeyer 25ml
5.       Tambahkan masing-masing blanko,standart,sampel dengan 1 bungkus reagen copper hach,campur lalu diamkan selama 5 menit pada suhu ruangan
6.       Kemudian masing-masing larutan yang ada pada erlemeyer dimasukkan pada tiap sampel cell,lalu dibaca pada spectrofotometer hach DR 5000 pada progam 135 dengan panjang gelombang 560nm
Catat nilai absorben masing-masing standart dan sampel uji yang muncul pada monitor alat
PERHITUNGAN
Sampel air sumur (011-03)
Blanko : 0,000
Standart : 0,038
Sampel I : 0,177
Sampel II : 0,178

HASIL
0,467mg/L>Sampel air sumur (011-03)
KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan kadar Copper (Cu) dalam sampel uji pada sampel air sumur (011-03) didapatkan kadar Cu = 0,467mg/L dengan Baku Mutu Keputusan Mentri kesehatan Republik Indonesia,Nomor 492 tahun 2010 tentang syarat-syarat kuwalitas air minum dengan Baku Mutu yaitu nilai copper yang disyaratkan 2,00mg/L maka sampel yang diuji masih memenuhi syarat
0 comments

Laporan praktikum pemeriksaan kadar CaCO3 didalam sampel

JUDUL
Pemeriksaan kadar CaCO3 didalam sampel
TUJUAN
Untuk mengetahui kadar CaCO3 didalam smapel uji
PRINSIP
Bila asam ethylen diamin tetra acetat dan garam natrium ditambahkan kedalam suatu larutan dibahan logam tertentu akan membentuk kompleks khelat yang mudah larut.Jika sedikit pewarna EBT ditambahkan kedalam larutan air yang mengandung ion-ion kalsium dan magnesium pada pH 10,maka larutan tersebut akan berwarna merah anggur.jika EDTA ditambahkan sebagai titran,maka kalsium dan magnesium akan membentuk kompleks.Setelah EDTA ditambahkan pada kompleks kalsium dan magnesium maka larutan merah anggur menjadi warna biru yang merupakan titik akhir titrasi
BAKU MUTU
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 492/MENKES/SK/IV/2010
Tentang : Persyaratan Kuwalitas Air Minum
Nilai Rujukan : Kesadahan 500 mg/L
ALAT
1.       Erlemeyer 250ml
2.       Beaker glass 500ml
3.       Beaker glass 50ml
4.       Buret
5.       Statif
6.       Pipet ukur 10ml
7.       Pushball
8.       Nampan
9.       Gelas ukur 50ml
10.   Tisu
BAHAN
1.       Aquadest sebagai blanko
2.       Sampel air minum dengan kode 019-12
3.       Label
REAGEN
1.       Buffer Kesadahan Total
2.       Ethylen diamin tetra acetat 0,01M (EDTA) faktor 1,0152
3.       Eriocrome Black T metal (p.m) indikator (EBT)
PROSEDUR
1.       Siapkan alat,bahan dan reagen yang akan digunakan
2.       Tuang aquadest sebanyak 50ml menggunakan gelas ukur 50ml kedalam erlemeyer (sebagai blanko)
3.       Tuang sampel kedalam erlemeyer dengan menggunakan gelas ukur 50ml (sebagai sampel),dilakukan duplo
4.       Setelah itu ditambahkan buffer 1-2ml menggunakan pipet ukur,lalu tambahkan kira-kira ± 0,5gr indikator EBT kemudian campur hingga menjadi waran merah anggur
5.       Setelah itu lakukan titrasi dengan EDTA 0,01M hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru,dan catat hasil titrasi
DATA PEMBACAAN
1.       Volume titrasi blanko = 0,1ml
2.       Volume titrasi sampel I = 9,4ml
3.       Volume titrasi sampel II= 8,4ml
PERHITUNGAN
HASIL
Kesadahan (mg/L) = 179mg/L (Kode sampel 019-12)
KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan kadar CaCO3 dalam sampel air ,didapatkan hasil 179mg/L (Kode sampel 019-12) dengan Baku Mutu Keputusan  Mentri Kesehtan Republik Indonesia No 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kuwalitas air minum dengan rujukan kesadahan 500mg/L maka sampel yang diuji masih memenuhi syarat tetapi jika dilihat dari tingkat ketelitian antara pembacaan sampel I dan sampel II,tidak memenuhi syarat karna lebih dari 2%
 
;