Sel darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC), erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang,
lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat
nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel)lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Ciri-ciri eritrosit manusia adalah berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter 7-8 µm tebalnya 1-2µSel Darah Merah (Eritrosit)
Ciri-ciri eritrosit manusia adalah berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter 7-8 µm tebalnya 1-2µm, bersifat elastic, serta tidak memiliki inti (pada eritrosit tua). Di dalam tubuh manusia ada sekitar 30 triliun eritrosit. Jumlah eritrosit pada laki-laki berkisar 4,2 juta-5,4 juta µl, sedangkan pada perempuan berkisar 3,6 juta-5,0 juta µl.
Fungsi eritrsit adalah mengangkut oksien dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Eritrosit mampu mengangkut oksigen ke seluruh tubuh karena memiliki hemoglobin (Hb). Hemoglobin merupakan suatu protein khusus yang mengandung zat besi yang mampu mengikat oksigen. Dalam setiap eritrosit terdapat sekitar 250 juta molekul Hb. Tiap molekul Hb dapat membawa empat molekul oksigen. Pengikatan oksigen oleh Hb terjadi di dalam paru-paru
Oksigen yang telah berikatan dengan Hb itu, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam sel-sel tubuh, oksigen dipakai untuk reaksi respirasi guna menghasilkan energy. Eritrosit juga berfungsi membawaa karbon dioksida, yaitu bahan buang yang dihasilkan sel, walaupun karbon dioksida dibawa oleh plasma.
Eritrosit didalam sum-sum merah pada tulang-tulang tertentu ( tulang belakang, tlang rusuk, tulang tengkorak dan tulang pipa). Umur eritrosit manusia kira-kira 120 hari. Dalam setiap detik, kira-kira 2,4 juta eritrosit dirombak untuk digantikan dengan yan baru. Perombakan eritrosit terjadi di dalam hati.
Ciri dan fungsi Eritrosit
Eritrosit mamalia tidak berinti sehingga tidak memiliki DNA. Eritrosit mamalia berbentuk bikonkaf, yaitu bentuk cakram dengan bagian tengah agak gepeng. Bentuk ini berfungsi untuk mengoptimalkan pertukaran oksigen. Warna eritrosit tergantung pada hemoglobin. Fungsi hemoglobin adalah membantu eritrosit mengikat oksigen (O2 ). Jika hemoglobin mengikat O2 maka eritrosit akan berwarna merah. Jika O2 telah dilepaskan, maka warnanya menjadi merah kebiruan. Hemoglobin tersusun atas protein globin yang terikat pada pigmen heme merah.
Kadar hemoglobin dalam (Hb) darah bervariasi, tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang. Pada kondisi normal, kadar Hb laki-laki dewasa adalah 13-18 gram per 100 ml (g/ml) darah; kadar Hb wanita dewasa adalah 12-16 g/ml darah; sedangkan Hb bayi 14-20 g/ml darah. Oleh karenanya, sulit untuk menentukan nilai standarnya.
Eritrosit juga mengkatalis reaksi antara karbon dioksida dan air karena eritrosit mengandung karbonat anhidrase dalam jumlah besar. Reaksi ini memungkinkan darah bereaksi dengan sejumlah besar karbon dioksida dan mengangkutnya dari jaringan ke paru-paru.
Jumlah eritrosit bervariasi, tergantung jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat tinggal seseorang. Orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih banyak, dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah. Jumlah eritrosit dapat berkurang, misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia.
Tubuh kita memerlukan oksigen untuk proses oksidasi makanan guna menghasilkan energy. Oksigen akan diedarkan sampai ke jaringan tubuh melalui pengangkutan oleh darah dalam bentuk ikatan yang mudah lepasa berupa oksihemoglobin. Dalam waktu satu menit, 5 liter darah yang dipompa jantung dapat melepaskan lebih kurang 250 ml oksigen yang terikat pada hemoglobin dan eritrosit. Sebagian kecil oksigen juga diangkut oleh plasma darah. Dari jaringan tubuh, hemoglobin akan mengikat sebagian karbon dioksida dalam bentuk karbominohemoglobin.
Banyak oksigen yang dilepaskan dari Hb seperti nilai di atas, terjadi saat seseorang dalam keadaan istirahat. Aktivitas seseorang akan berpengaruh pada peredaran darah sehingga oksigen yang dilepaskan akan berbeda-beda pula untuk setiap orang.
Pembentukan eritrosit
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis. Pada beberapa minggu pertama embrio dalam kandungan, eritrosit dihasilkan dalam kantong kuning telur. Beberapa bulan kemudian, pemebntukan eritrosit terjadi di hati, limfa, dan kelenjar limfa. Sesudah bayi lahir, eritrosit dibentuk oleh sumsum tulang. Produk eritrosit distimulasi oleh hormon eritropoietin. Kira-kira di usia 20 tahun, sumsum bagian proksimal tulang panjang sudah tidak menghasilkan eritrosit lagi. Sebagian besar eritrosit akan dihasilkan dalam sumsum tulang membranosa (tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang panggul). Dengan meningkatnya usia, sumsum tulang menjadi kurang produktif.
Sel yang dapat membentuk eritrosit adalah hemositoblas atau sel batang myeloid yang mampu berkembang menjadi bebragai jenis sel darah (bersifat pluripoten). Sel ini terdapat di sumsum tulang dan akan membentuk berbagai jenis leokosit, eritrosit, dan megakarosit (Pembentuk keping darah). Eritrosit yang terbentuk akan keluar dan menembus membran (kemampuan ini disebut dispedesis) dan memasuki kapiler darah. Selain membentuk eritrosit, hemositoblas juga membentuk sel plasma, limfosit b, limfosit t, monosit, dan fagosit-fagosit lain.
Dalam keadaan normal, erotrosit bertahan selama rata-rata 120 hari. Saat sel menua, membrane sel rapuh dan pecah. Eritrosit tua dimusnahkan di organ limfa (lien) dan hati. Hemoglobin dicerna oleh sel-sel retikuloendotelium. Zat besi dilepas kembali ke dalam darah untuk kemudian diangkut kembali ke sumsum tulang dan hati. Hemoglobin diubah menjadi pigmen empedu (bilirubin) dan diekresi oleh hati ke dalam empedu.
Fungsi eritrsit adalah mengangkut oksien dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Eritrosit mampu mengangkut oksigen ke seluruh tubuh karena memiliki hemoglobin (Hb). Hemoglobin merupakan suatu protein khusus yang mengandung zat besi yang mampu mengikat oksigen. Dalam setiap eritrosit terdapat sekitar 250 juta molekul Hb. Tiap molekul Hb dapat membawa empat molekul oksigen. Pengikatan oksigen oleh Hb terjadi di dalam paru-paru
Oksigen yang telah berikatan dengan Hb itu, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam sel-sel tubuh, oksigen dipakai untuk reaksi respirasi guna menghasilkan energy. Eritrosit juga berfungsi membawaa karbon dioksida, yaitu bahan buang yang dihasilkan sel, walaupun karbon dioksida dibawa oleh plasma.
Eritrosit didalam sum-sum merah pada tulang-tulang tertentu ( tulang belakang, tlang rusuk, tulang tengkorak dan tulang pipa). Umur eritrosit manusia kira-kira 120 hari. Dalam setiap detik, kira-kira 2,4 juta eritrosit dirombak untuk digantikan dengan yan baru. Perombakan eritrosit terjadi di dalam hati.
Ciri dan fungsi Eritrosit
Eritrosit mamalia tidak berinti sehingga tidak memiliki DNA. Eritrosit mamalia berbentuk bikonkaf, yaitu bentuk cakram dengan bagian tengah agak gepeng. Bentuk ini berfungsi untuk mengoptimalkan pertukaran oksigen. Warna eritrosit tergantung pada hemoglobin. Fungsi hemoglobin adalah membantu eritrosit mengikat oksigen (O2 ). Jika hemoglobin mengikat O2 maka eritrosit akan berwarna merah. Jika O2 telah dilepaskan, maka warnanya menjadi merah kebiruan. Hemoglobin tersusun atas protein globin yang terikat pada pigmen heme merah.
Kadar hemoglobin dalam (Hb) darah bervariasi, tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang. Pada kondisi normal, kadar Hb laki-laki dewasa adalah 13-18 gram per 100 ml (g/ml) darah; kadar Hb wanita dewasa adalah 12-16 g/ml darah; sedangkan Hb bayi 14-20 g/ml darah. Oleh karenanya, sulit untuk menentukan nilai standarnya.
Eritrosit juga mengkatalis reaksi antara karbon dioksida dan air karena eritrosit mengandung karbonat anhidrase dalam jumlah besar. Reaksi ini memungkinkan darah bereaksi dengan sejumlah besar karbon dioksida dan mengangkutnya dari jaringan ke paru-paru.
Jumlah eritrosit bervariasi, tergantung jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat tinggal seseorang. Orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih banyak, dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah. Jumlah eritrosit dapat berkurang, misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia.
Tubuh kita memerlukan oksigen untuk proses oksidasi makanan guna menghasilkan energy. Oksigen akan diedarkan sampai ke jaringan tubuh melalui pengangkutan oleh darah dalam bentuk ikatan yang mudah lepasa berupa oksihemoglobin. Dalam waktu satu menit, 5 liter darah yang dipompa jantung dapat melepaskan lebih kurang 250 ml oksigen yang terikat pada hemoglobin dan eritrosit. Sebagian kecil oksigen juga diangkut oleh plasma darah. Dari jaringan tubuh, hemoglobin akan mengikat sebagian karbon dioksida dalam bentuk karbominohemoglobin.
Banyak oksigen yang dilepaskan dari Hb seperti nilai di atas, terjadi saat seseorang dalam keadaan istirahat. Aktivitas seseorang akan berpengaruh pada peredaran darah sehingga oksigen yang dilepaskan akan berbeda-beda pula untuk setiap orang.
Pembentukan eritrosit
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis. Pada beberapa minggu pertama embrio dalam kandungan, eritrosit dihasilkan dalam kantong kuning telur. Beberapa bulan kemudian, pemebntukan eritrosit terjadi di hati, limfa, dan kelenjar limfa. Sesudah bayi lahir, eritrosit dibentuk oleh sumsum tulang. Produk eritrosit distimulasi oleh hormon eritropoietin. Kira-kira di usia 20 tahun, sumsum bagian proksimal tulang panjang sudah tidak menghasilkan eritrosit lagi. Sebagian besar eritrosit akan dihasilkan dalam sumsum tulang membranosa (tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang panggul). Dengan meningkatnya usia, sumsum tulang menjadi kurang produktif.
Sel yang dapat membentuk eritrosit adalah hemositoblas atau sel batang myeloid yang mampu berkembang menjadi bebragai jenis sel darah (bersifat pluripoten). Sel ini terdapat di sumsum tulang dan akan membentuk berbagai jenis leokosit, eritrosit, dan megakarosit (Pembentuk keping darah). Eritrosit yang terbentuk akan keluar dan menembus membran (kemampuan ini disebut dispedesis) dan memasuki kapiler darah. Selain membentuk eritrosit, hemositoblas juga membentuk sel plasma, limfosit b, limfosit t, monosit, dan fagosit-fagosit lain.
Dalam keadaan normal, erotrosit bertahan selama rata-rata 120 hari. Saat sel menua, membrane sel rapuh dan pecah. Eritrosit tua dimusnahkan di organ limfa (lien) dan hati. Hemoglobin dicerna oleh sel-sel retikuloendotelium. Zat besi dilepas kembali ke dalam darah untuk kemudian diangkut kembali ke sumsum tulang dan hati. Hemoglobin diubah menjadi pigmen empedu (bilirubin) dan diekresi oleh hati ke dalam empedu.
Kelainan Eritrosit
Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi :
1) Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit
Ukuran normal eritrosit antara 6,2 – 8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a) Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat.
Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b) Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi.
c) Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
2) Kelainan berdasarkan berdasarkan bentuk eritrosit
a) Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b) Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane eritrosit.
c) Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada transplantasi ginjal.
d) Teardrop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik, thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
e) Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik mikroangiopati.
f) Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g) Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
h) Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
i) Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.
3) Kelainan berdasarkan warna eritrosit
a) Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.
b) Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c) Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom. Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d) Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan hemopoeisis ekstrameduler.
4) Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit
a) Basophilic stipping
Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit ditemukan karena distribusinya jarang.
b) Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A, dengan pewarnaan brilliant cresyl blue yang Nampak berwarna biru.
c) Heinz bodies
Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal violet / brillian cresyl blue.
d) Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik, post operasi, atrofi lien.
e) Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada hiposplenisme, anemia hemolitika.
Nilai Erytrosit Rata-rata (Indeks Erythrosit)
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan derajat anemia dan jenis anemia yang terjadi pada seseorang.
Ada 3 macam index erythrosit yaitu :
1. Volume Index (V.I) dan MCV
2. Color Index (C.I) dan MCH
3. Saturation Index (S.I) dan MCHC
Ketiga index ini gunanya untuk mengetahui ukuran dan jumlah Hb dalam eryhtrosit rata-rata. Nilai yang banyak di pakai ialah :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV).
Nilai normal : 80 – 94 u3 (mikron kubik). Untuk mencari MCV ini harus diketahui nilai hematokrit dan jumlah erythrosit per mm3 darah. MCV ini menyatakan volume rata-rata dari sebuah erythrosit.
Rumus : MCV = Hematokrit x 10 u3
Erythrosit
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Nilai normal : 28 – 32 pikogram. Untuk mencari MCH ini harus diketahui nilai hemoglobin dan erythrosit per mm3 darah. MCH ini menyatakan banyaknya Hemoglobin dalam Erythrosit rata-rata.
Rumus : MCH = Hemoglobin x 10 pg
Erythrosit
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
Nilai normal : 32 – 36 %. Untuk mencari MCHC ini harus diketahui nilai Hemoglobin dan Hematokrit darah. MCHC ini menyatakan banyaknya kadar Hemoglobin yang didapat dalam erythrosit rata-rata.
Rumus : MCHC = Hemoglobin x 100 %
Hematokrit
Isi erythrosit rata-rata digunakan untuk menetapkan apakah anemia itu Makrocytair, Normocytair atau Mikrocytair.
1. Anemia Makrocytair : MCV lebih dari 94 u3
2. Anemia Normocytair : MCV rata-rata 80 – 94 u3
3. Anemia Mikrocytair : MCV kurang dari 80 u3
Color Index = Hb yang didapat : Erythrosit yang dihitung
Hb normal Eryhtrosit normal
Normal Color Index = 0,9 - 1,1
Volume Index = PCV yang didapat : Erythrosit yang dihitung
PCV normal Eryhtrosit normal
Normal Volume Index = 0,9 - 1,1
Saturation Index = Hb yang didapat : Hematokrit yang dihitung
Hb normal Hematokrit normal
Normal Saturation Index = 0,9 - 1,1
Untuk MCH dan Indeks warna gunanya untuk menetapkan apakah anemia itu : Anemia Hyperkhrom, Anemia Normokhrom atau Anemia Hypokhrom.
1. Anemia Hyperkhrom : MCH lebih dari 32 pg
2. Anemia Normokhrom : MCH rata-rata 28 – 32 pg
3. Anemia Hypokhrom : MCH kurang dari 28 pg
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan derajat anemia dan jenis anemia yang terjadi pada seseorang.
Ada 3 macam index erythrosit yaitu :
1. Volume Index (V.I) dan MCV
2. Color Index (C.I) dan MCH
3. Saturation Index (S.I) dan MCHC
Ketiga index ini gunanya untuk mengetahui ukuran dan jumlah Hb dalam eryhtrosit rata-rata. Nilai yang banyak di pakai ialah :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV).
Nilai normal : 80 – 94 u3 (mikron kubik). Untuk mencari MCV ini harus diketahui nilai hematokrit dan jumlah erythrosit per mm3 darah. MCV ini menyatakan volume rata-rata dari sebuah erythrosit.
Rumus : MCV = Hematokrit x 10 u3
Erythrosit
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Nilai normal : 28 – 32 pikogram. Untuk mencari MCH ini harus diketahui nilai hemoglobin dan erythrosit per mm3 darah. MCH ini menyatakan banyaknya Hemoglobin dalam Erythrosit rata-rata.
Rumus : MCH = Hemoglobin x 10 pg
Erythrosit
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
Nilai normal : 32 – 36 %. Untuk mencari MCHC ini harus diketahui nilai Hemoglobin dan Hematokrit darah. MCHC ini menyatakan banyaknya kadar Hemoglobin yang didapat dalam erythrosit rata-rata.
Rumus : MCHC = Hemoglobin x 100 %
Hematokrit
Isi erythrosit rata-rata digunakan untuk menetapkan apakah anemia itu Makrocytair, Normocytair atau Mikrocytair.
1. Anemia Makrocytair : MCV lebih dari 94 u3
2. Anemia Normocytair : MCV rata-rata 80 – 94 u3
3. Anemia Mikrocytair : MCV kurang dari 80 u3
Color Index = Hb yang didapat : Erythrosit yang dihitung
Hb normal Eryhtrosit normal
Normal Color Index = 0,9 - 1,1
Volume Index = PCV yang didapat : Erythrosit yang dihitung
PCV normal Eryhtrosit normal
Normal Volume Index = 0,9 - 1,1
Saturation Index = Hb yang didapat : Hematokrit yang dihitung
Hb normal Hematokrit normal
Normal Saturation Index = 0,9 - 1,1
Untuk MCH dan Indeks warna gunanya untuk menetapkan apakah anemia itu : Anemia Hyperkhrom, Anemia Normokhrom atau Anemia Hypokhrom.
1. Anemia Hyperkhrom : MCH lebih dari 32 pg
2. Anemia Normokhrom : MCH rata-rata 28 – 32 pg
3. Anemia Hypokhrom : MCH kurang dari 28 pg
Cara menghitung :
1) Mengisi pipet eritrosit
Darah dihisap sampai garis tanda 0,5 dan larutan pengencer sampai tanda 101
2) Mengisi kamar hitung
3) Menghitung jumlah sel dengan menggunakan mikroskop perbesaran sedang atau 40x
4) Hitunglah semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil.
Nilai normal jumlah eritrosit :
· Laki-laki : 4,6 s/d 6,2 juta/ml
· Wanita : 4,2 s/d 5,4 juta/ml
Kesalahan-kesalahan pada hitung eritrosit yaitu pada menghitung jumlah eritrosit memakai lensa objektif kecil yaitu perbesaran 10x, sehingga sangat tidak teliti hasilnya.
Akibat eritrosit yang berlebih dan kekurangan eritrosit :
a) Penurunan eritrosit
- Kehilangan darah (perdarahan)
- Anemia, infeksi kronis, leukemia, dan hidrasi berlebihan.
b) Peningkatan eritrosit
- Polisitemia vena
- Hemokonsentrasi
- Dehidrasi
- Penyakit kardio vaskuler
Nilai indeks eritrosit
1) Mean Corpuscular Volume (MCV), menggambarkan volume rata-rata eritrosit.
2) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), menggambarkan rata-rata kandungan hemoglobin.
3) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), menggambarkan kandungan hemoglobin rata-rata dalam tiap eritrosit.
0 comments :
Post a Comment